Senin, 08 Oktober 2012

Peluang Bisnis Masa Depan


    Minggu lalu saya dan beberapa rekan TDA berkesempatan untuk mentoring dengan Sandiaga Uno. Mentoring ini adalah pembekalan para mentor KMB khususnya yang level 2 untuk bisa naik kelas yang diharapkan juga akan meningkatkan kualitas mentee dan calon mentor yang ada di bawah bimbingannya. Berikut cuplikan poin2 yang saya catat.
    Bisnis harus sesuai dengan trend yang ada. Tanya ke diri sendiri, apakah saya sudah berada di industri yang tepat ? cari referensi seperti market size, market growth dan hal lain yang mendukung.
    Hasil survey oleh beberap konsultan Intenasional :
    1. 2030 Indonesia berada di 7 besar ekonomi dunia
    2. Total kapitalisasi pasar sekitar $ 1.8 Trilliun
    3. 60% adalah private consumption
    Saat ini 50% populasi Indonesia berada di bawah umur 30 thn (golden age) --> Usia produktif. Berbeda dengan Cina dan India yang yang sudah mulai bermasalah dengan usia non produktif (manula) serta tingkat kelahiran yang rendah.
    Business trend di masa depan :
    1. Food
    2. Energy
    3. Private consumption
    selain itu sektor agrcultural juga akan tumbuh, terutama yang produk turunannya bisa berupa food atau renewable energy
    Tahun 2025 populasi muslim di eropa bisa mencapai 60% , potensi untuk produk halal dan turunannya
    The next war is on clean water, not oil.
    Sistem organisasi tradisional akan sulit beradaptasi, harus memiliki organisasi yang cukup cepat untuk merespon perubahan keadaan
    Fakta dan prediksi kelas menengah di Indonesia :

  1. Tahun 2012 --> 136 juta kelas menengah baru, 50 juta lahir 7 thn terakhir, 50 juta baru naik kelas
  2. Tahun 2020 --> 160 juta
  3. Tahun 2030 --> 200 juta

    Buying behaviour di kelas menengah :
    1. Instant
    2. Vokal (berani bersuara)
    3. Selektif (brand loyalty rendah)
    4. Mobile
    Pada level bisnis mana kita sudah mulai memikirkan menggaet partner ? Diusahakan pada saat valuasi bisnis sudah diatas 50 Milyar.
    Menggaet investor skala kecil sama sulitnya dengan investor skala besar, jadi lebih baik cari yang besar sekalian.
    Cara Perusahaan menengah ( 5 - 50 M ) naik kelas :
    1. External Audit
    2. Legalitas
    3. Financial History
    4. HRD - Mengacu kepada Good Corporate Governence (GCG) -
    Untuk membercepat growth secara anorganik , coba untuk melakukan akuisisi.
    Sebuah contoh kasus yg menarik : Salah satu perusahaan tower memiliki modal disetor sebesar 2,1 Milyar di tahun 2005. Pada tahun 2012 sudah menjadi perusahaan Tbk. nilai valuasinya
    mencapai 25 Trilliun ( only in 7 years ! ! ! ). caranya adalah : 30% organik 70% anorganik (merger dan akuisisi)


    Yess....It's a damn true story and it happen in Indonesia
    Fundamental yang harus dipelajari sebelum melakukan investasi / akuisisi :
    1. Country
    2. Industry
    3. Sector
    4. Company
    5. People
    Cara menilai valuasi sebuah perusahaan :

  1. PER (Price earning Ratio) dibandingkan dengan nilai PER industri yang sejenis
  2. EBITDA
  3. Book Value (paling jarang digunakan)

    Diperlukan outside director untuk mendisiplinkan diri terutama jika berniat untuk menggandenga partner dari luar untuk mempercepat pertumbuhan
    Pada saat mengajak investor, pastikan dana yang disetor semua masuk ke kas perusahaan, bukan kepada pemilik saham yang lama.
    By default standart IRR yang diinginkan oleh investor adalah 25%. "It's mean by every $ 1 that investors spend today , they expect to get $ 2 in value for the next 4 years "
    Cara bisnis naik kelas :
    1. Konsistensi produk
    2. Packaging
    3. Marketing
    (disupport oleh value chain yang baik)
    Ada value tersendiri jika kita berada di negara berkembang, karena para investor luar negeri cenderung untuk mencari local partner
    Banyak investor kelas menengah yang tertipu dengan berbagai skema investasi abal abal. Hal ini menjadi peluang bagi bermunculannya para VC (Venture Capital) dan Angel Investor kelas menengah
    Pemimpin itu hanya sah jika sudah bisa naik panggung dan bisa juga turun panggung
    Catatan Penulis :

  1. Pada awal membangun bisnis, owner berposisi sebagai staf yang mengerjakan semua urusan operasional. Tahapan ini biasanya memiliki masalah "so little time and so much to do"
  2. Pada saat bisnis mulai berkembang, owner berposisi sebagai manager yang tugasnya mendelegasikan dan mengatur ritme tim. masalah di tahapan ini biasanya "I can't control my people and trouble to have the right system"
  3. Pada saat bisnis sudah menginjak skala besar, bisnis seolah2 hanya menjadi bidak catur yang siap digeser, memakan (akuisisi) , ditutup dan dijual. Owner seolah2 berada jauh diatas bisnisnya dan mampu melihat seluruh peta bisnis secara keseluruhan. Pada tahapan ini pertumbuhan anorganik yang eksponensial bisa dilakukan. "To find out who are friends or foes, Negotiation skills and Legal battle is crutial in this phase"


TDA Surabaya

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by: Mas Doyok